Laporan Pendahuluan Demam thypoid


LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM THYPOID
KONSEP DASAR MEDIK
A.    Pengertian
            Thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa. Thypoid adalah infeksi akut pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala. Bakteri ini disebabkan oleh lalat melalui makanan dan minuman yang masuk dalam perut. Penularannya terjadi secara fecal oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi sumber utama Carrier, masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang yang pernah kena penyakit Thypus disebut “Corner Thypus”.
            Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B.     Etiologi.
1.    Samonella Thypi.
2.    Samonella Parathypi A.
3.    Samonella Parathypi B.
4.     Samonella Parathypi C.
C.     Patofisiologi.
            Kuman salmonella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis, di tempat ini bisa terjadi komplikasi pendarahan. Kemudian masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe, setelah itu masuk ke aliran darah, sedangkan yang lain mencapai hati. Kuman salmonella bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian retikuloendotelial. Endotoksin kuman salmonella berperan pada patogenesis demam typhoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman salmonella berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena kuman salmonella dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Basil tertelan
Usus halus akan bermutifikasi menembus usus halus dan pembuluh limfe intestinal
Intestinal
Aliran darah
Fagotis oleh sistem Retikuloendotial
Bakterimia yang berulang
Manifestasi Thypus Abdomominalis/ Thypoid
D.    Manifestasi Klinis.
            Masa tunas demam Thypoid berlangsung 10 – 14 hari yang tersingkat 4 hari, jika terjadi infeksi melalui makanan, gejala yang timbul tiba-tiba atau berangsur-angsur, penderita cepat lemah, anorexia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut dan nyeri seluruh tubuh.
            Dalam minggu pertama atau pada masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu lesu, demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anorexia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perasaa tidak enak di perut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu bada meningkat. Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas.
♦        Demam.
Pada kasus khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiktem dan suhu tidak seberapa tinggi, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan pada malam hari, pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali.
♦        Bradikardi Relatif
Terjadi penurunan nadi 20 – 40 x/m, dimana semestinya nadi bertambah 18 x/m, bila suhu meningkat 1 ‘C
♦        Lidah Yang Khas.
Kotor di tengah, tepi dan ujungnya merah bila dikeluarkan tampak tremor.
♦        Tanda – Tanda Toksemia.
Kedua pipi kemerahan, muka basah sedangkan tubuh kering, apatis dan pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik tanpa disadari.
E.     Pemeriksaan Penunjang.
Kelainan yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium :
1.      Nilai leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 – 6.000 /mm, tetapi bisa dijumpai antara 1.200 – 20.000 /mm.
2.      LED biasanya meningkat.
3.      Trombosit menurun mencapai 150.000 /mm.
4.      Serum transaminase meningkat dan bilirubin bisa 2x normal.
5.      Terjadi kenaikan protrombin dan sebagian waktu tromboplastin fibrinogen menurun demikian juga fibrin degradasi produk.
6.      Bisa terjadi hiponatremia dan hipokalemia namun biasanya ringa.
7.      Urine dijumpai sedikit protein dan leukosit.
8.      Fungsi ginjal bisa normal kadang bisa turun.
9.      Anemia dapat terjadi namun ringan kecuali terjadi pendarahan.
Widal Test:
Yaitu seseorang terjadi aglutinasi antara antigen dengan antibodi (aglutinin), maksudnya adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serim pasien yang disangka menderita Thypoid.
F.      Penatalaksanaan Medis
1.      Perawatan.
Penderita Thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan, penderita harus tirah baring sampai minimal 7 hari, batas panas atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan secara sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, penderita yang kesadarannya menurun posisi tubuh harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi dekubitus, defekasi, dan miksi perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan retensi urine.
2.      Diet/ Terapi Diet.
Yaitu penatalaksanaan diet penyakit Thypus Abdominalis dengan tujuan :
a)       Memberi makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b)      Pemberian makanan yang cukup dan seimbang tidak merangsang dan tidak memperberat kerja saluran pernafasan.
c)       Jika adanya peradangan pada usus halus, maka harus diberikan secara hati-hati untuk menghindari rangasangan terutama dari serat kasar.
Penderita diberi bubur saring kemudian bubu kasar, dan akhirnya diberi nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan pada dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita Thypoid.
3.      Obat – Obatan.
♦        Klorampenikol 4.500 mg selama 14 hari.
♦        Limfenikol 3.300 mg.
♦        Kotrimoxazol 12.480 mg selama 4 hari.
♦        Ampicillin dan Amoxillin 341 gr selama 14 hari.
Obat-obatan anti piretik tidak perlu diberikan secara rutin pada penderita Thypoid. Pada penderita toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan. Kesadaran penderita menjadi baik dan suhu tubuh cepat turun sampai normal, akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.










KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian.
Selama demam Thypoid perawat memonitor perubuhan suhu tubuh pasien melalui tindakan langsung seperti mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer, observasi pasien dari wajah sampai kaki, apa terdapat kemerahan kulit akibat peningkatan suhu tubuh .
Palpasi daerah abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada abdomen, palpasi denyut nadi pasien, auskultasi bising usus serta kaji pola makan dan perubahan nutrisi pasien.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
a.    Hipertermi b/d invasi kuman ke dalam usus halus
 Tujuan :  - Badan teraba tidak panas lagi
              - Suhu tubuh normal (36-37˚C)
              - Ekspresi wajah ceria
Intervensi :
1.    Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam
Rasional : Pada pasien thypoid ,TTV dapat meningkat secara tiba-tiba khususnya suhu tubuh
2.    Kompres air hangat
 Rasional : Terjadi dilatasi pembuluh darah dan pori-pori kulit sehingga panas tubuh dapat menurun
3.    Menganjurkan klien banyak minum air putih
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4.    Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap
Rasional : Dapat mengurangi rasa gerah dan mempercepat proses pertukaran udara disekitarnya
5.    Mengatur ventilasi ruangan
Rasional : Suhu ruangan yang rendah dan suhu tubuh yang meningkat menyebabkan terjadinya konveksi.
b.    Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d proses infeksi pada usus halus
Tujuan : - Porsi makan dihabiskan
              - Klien mengatakan nafsu makan meningkat
              - Tidak ada mual dan muntah
  Intervensi :
1)    Mengkaji pola makan tiap hari
 Rasional : Mengetahui kebutuhan nutrisi klien
2)    Memberikan makanan lunak
Rasional : Mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang tinggi pada usus
3)    Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut/lidah,dan dapat meningkatkan nafsu makan
4)    Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
 Rasional : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah  mual dan  muntah
c.    Gangguan istirahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh
     Tujuan : - Konjungtiva tidak pucat
                  - Klien nampak segar
                  - Klien tidur 6-8 jam
                  - Klien mengatakan tidurnya nyenyak/pulas
    Intervensi :
a)    Mengkaji pola istirahat klien
Rasional : Untuk mengetahui pola istirahat klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya
b)    Menganjurkan tekhnik distraksi sebelum tidur seperti nonton TV,membaca buku
Rasional : Dapat mengalihkan perhatian dari rasa ketidaknyamanan sehingga klien dapat tidur pulas
c)    Menciptakan lingkungan yang tenang/nyaman untuk istirahat dengan membatasi pengunjung
Rasional : Menurunkan stimulasi nyeri
d)    Memberikan HE pada klien dan keluarga tentang pentingnya istirahat cukup (6-8 jam)
Rasional : Memberikan motivasi klien untuk meningkatkan istirahat tidur
d.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan mukosa usus
      Tujuan : - Klien tidak nampak meringis
                   - Ekspresi wajah ceriaIntervensi :
*   Intervensi :
                I.        Mengkaji tingkat nyeri klien
Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri dan sebagai indikator dalam intervensi selanjutnya.
              II.        Mengobservasi TTV klien
Rasional : Nyeri adalah rangsangan sensori yang dapat mempengaruhi TTV terutama nadi dan suhu tubuh
             III.        Menganjurkan tekhnik relaksasi napas dalam
 Rasional : Dapat mengurangi nyeri
            IV.        Mengkolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Dapat menghambat rangsangan nyeri
e.    Diare b/d inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin dan penyempitan segemental usus ditandai dengan :
·         Peningkatan bunyi usus/peristaltik.
·         Defakasi sering dan berair (fase akut)
·         Perubahan warna feses.
·         Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.
Tujuan :
·         Klien akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi kembali normal.
·         Klien akan mampumengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.
Intervensi :
·         Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
·         Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan
·         Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum ruangan.
R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
·         Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan diare.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
·         Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
R/ : Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
·         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-   Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
-       Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi. Antasida
R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
-       Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.
f.     Risiko kurang volume cairan b/d Kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
Tujuan :  Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
1. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi TTV.
R/ : Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
3. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, prngisisan kapiler lambat.
R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari.
R/ : Indikator cairan dan status nutrisi.
5. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
R/ : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
6. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
        -  Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
                 R/ : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatntian cairan     untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
-       Anti diare.
R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
-       Antiemetik
R/ : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
-       Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
-       Elektrolit tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.
g.    Konstipasi b/d masukan cairan buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai dengan :tidak ada feses.
Tujuan :Klien akan menampakkan/melaporkan kembali pola fungsi usus yang normal.
Intervensi
1.    Observasi bisisng usus.
R/ : Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh inflamasi intraperitoneal, obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukkan adanya komplikasi.
2.    Amati adanya keluhan nyeri abdomen.
R/ : Mungkin berhubungan adanya distensi gas atau terjadinya komplikasi.
3.    Observasi gerakan usus. Amati feses, konsistensi, warna dan jumlah.
R/ : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi.
4.    Anjurkan makanan/cairan yang tidak mengiritasi bila masukan oral diberikan.
R/ : Menurunkan risiko iritasi mukosa.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, supositoria
gliserin sesuai indikasi.
R/ : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuai
feses.
h.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Intervensi :
1.    Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasiÓ sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring kiri).
Rasional :  agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
2.    Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan,Ó minum).
Rasional :  untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
3.    Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
Rasional :  untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
4.    Berikan latihan mobilisasi secaraÓ bertahap sesudah demam hilang.
Rasional :  untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.
i.      Cemas b/d Faktor psikologi/rangsang simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan/perubahan status kesehatan dan status sosioekonomi ditandai dengan :
Tujuan :
·         Klien akan menampakkan perilaku rileks dan melaporkan penurunan
kecemasan sampai tingkat mudah ditangani.
·         Klien akan menyatakan kesadaran perasaan kecemasan dan cara sehat
menerimanya.
Intervensi :
1. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
R/ : Indikator derajat kecemasan/stress. Hal ini dap terjadi akibat gejala fisik kondisi juga reaksi lain.
2. Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan dan berikan umpan balik.
R/ : Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk meminta bantuan karena takut terhadap staf.
3. Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis : tirah baring,
pembatasan masukan peroral dan posedur.
R/ : Keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan kecemasan.
4.Berikan lingkungan tenang dan istitahat.
R/ : Memindahkan klien dari stress luar meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan kecemasan.
5. Dorong klien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
R/ : Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress berkurang, memungkinkan energi dapat ditujukan pada penyembuhan/perbaikan.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
R/ : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/stress saat ini, meningktkan rasa kontrol diri klien.
7. Bantu klien belajar mekanisme koping baru mis : teknik mengatasi stress,
keterampilan organisasi.
R/ : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan kecemasan, meningkatkan kontrol penyakit.
8. Kolaborai dengan tim medis dalam pemberian sedatif sesuai indikasi.
R/ : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
j.      Kurang pengetahun (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kesalahaninterpretasi informasi, kurang
mengingat dan tidak mengenal sumber informai
Tujuan :
·         Klien akan menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
·         Klien akan dapat mengidentifikasi situasi stress dan tindakan khusus untuk menerimanya.
·         Klien akan berpartisipai dalam program pengobatan.
·         Klien akan melakukan perubahan pola hidup tertentu.
Intervensi :
1. Kaji persepsi klien tentang proses penyakit.
R/ : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadran kebutuhan belajar individu.
2. Jelaskan tentan proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang
menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor penyebab.
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
R/ : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan klien kesempatan untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan klien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, merek dapat mengalami informai yang tertinggal atau salah konsep.
3. Jelaskan tentang obat yang diberikan, tujuan, frekuensi, dosis dan
kemungkinan efek samping.
R/ : Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
4. Tekankan pentingnya perawatan kulit mis : teknik cuci tangan dengan baik
dan perawatan perineal yang baik.
R/ : Menurunkan penyebran bakteri dan risiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5. Anjurkan menghentikan merokok.
R/ : Dapat meningkatkan motalitas usus, meningkatkan gejala.

 FORMAT PENGKAJIAN KASUS RUANGAN ICU
1.    Pengumpulan Data
A.   Identitas Klien
Nama  ; Tn “ H “      
Umur : 18 thn
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat  ; swadaya
Agama ; islam
Pendidikan ; mahasiswa
Tgl masuk RS : 05 – 07 – 2012
Tgl pengkajian ; 18 – 07 – 2012
No RM : 288128
Diagnose Medik  : demam tiphoid
B.   Penanggung Jawab
Nama ; Marwah
Umur ; 32 thn
Hubungan dengan klien ; ibu

C.    Pengkajian Primer
             a .Airway
            Terdapat penumpukan lendir dan ada reflek batuk 
            b .Breathing
              RR  30 x/ menit dengan  irama tidak teratur, suara nafas vesikuler, terdapat wheezing dan ronkhi. Terpasang O2 3 Lpm dengan Nasal Kanul
            c .Circulation
Tekanan darah 109 / 77 mmHg, nadi 86 x/menit, teratur, kuat,  suhu 37,50C pernapasan  30x/menit, sianosis (+), kulit tampak kering, capillary refil < 3 detik.

D.   Pengkajian Sekunder ( riwayat kesehatan dan head to toe )
            I. Riwayat kesehatan dahulu
                        Klien tidak pernah di rawat di RS sebelumnya
            II. riwayat penyakit sekarang
        Klien mengalami demam naik turun selama 13 hari, klien juga batuk yang berlendir.
            III.Diagnosa Medik
                        Demam Thypoid
            a. Keadaan umum
        Kien tampak lemah, kesadaran menurun
            b. Kesadaran
GCS 8 ( E2,M 4, V2 ) Tanda-tanda vital, TD: 107 / 77 mmHg, HR: 86 x / menit, RR:  30 x / menit, Suhu: 37,50C,
            c. Kepala
         Bentuk mesochepal, rambut hitam , lurus, tidak mudah dicabut, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe
            d .Mata
Konjungtiva anemis,  pupil isokor,  reflek cahaya mata kanan dan kiri negatif, 
            e .Telinga
            Simetris antara telinga kanan dan telinga kiri, tidak ada discharge,tidak ada serumen,
            f .Hidung
                        Terdapat secret, kotor, terpasang O2  3 Lpm dengan nasal kanul                 
            g .Leher 
Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limpha dan tiroid, tidak ada peningkatan JVP, JVP = R – 2 cmH2O
            h .Dada
-          Paru – paru, Bentuk simetris, gerakan dada simetris, Suara nafas  vesikuler,  ada wheezing maupun ronkhi
-          Jantung,  Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis teraba di SIC V, Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal,  Bj S1-S2 murni, tidak ada gallop, bising maupun murmur
i. abdomen
                  Data, Bising usus (+), 20 x/menit, tidak ada pembesaran hepar dan lien, Timpani
 j.Ekstremitas
                                    Ekstremitas atas dan bawah tidak ada edema, sianosis, pergerakan                         terbatas,terpasang infus RL  20 tetes / menit
            k .Genitalia
                                    Bersih, tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
                        WBC                           7,5x109/L       Normal           4,0 – 10.0
                        RBC                           4,60x1012/L    Normal           3,50 – 5,50
HGB                           12,3g/dL         Normal           11,0 – 15,0
                        PLT                             389x109/L      Normal           100 – 300
                        Widal Test
                        OD : 1/320
                        HD & HA ; 1/160
   5. Terapi
Ø  Posisi terlentang
Ø  Infus RL 20 Tpm
Ø  Dexa 1 ampul / 8 jam
Ø  Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Ø  Ceftriaxone 2 gr dalam 100 CC dex 5% habis 1 jam/ hari
Ø  Cloramfenicol 3x1
Ø  Paracetamol 3x1
E.   Klasifikasi data
1. Data subjektif
·         Keluarga mengatakan klien demam
·         Keluarga mengatakan klien terbaring lemah
·         Keluarga mengatakan klien susah bicara dan batuk berlendir
2. Data objektif
·         TTV  : TD 107/77 mmHg, N 86x/menit, S 37,50C, P 30x/menit
·         Klien Nampak gelisah
·         Klien terbaring lemah
F.    Diagnosa keperawatan
a. Diagnose primer :
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubunga dengan adanya penumpukan lender pada saat batuk
b. Diagnosa Sekunder
2.    Hipertermi berhubungan dengan proses infesi virus salmonella thypi
3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah



G.   Tindakan Keperawatan
a. Primer :
1.    Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret pada saat batuk
            a. Airway
            Menganjurkan Memberikan suction untuk mencegah penyumbatan jalan nafas akibat. penumpukan sekret atau lender pada mulut  ( Penghisapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengisap )
            Hasil : Tidak Dilakukan Suction
            b. Breathing
            Memberikan O2 3 Lpm, dan memantau TTV
Hasil : kebutuhan oksigen dapat terpenuhi dengan baik, masih terdapat   whezing dan  ronkhi
            c. Sirculation
            Memantau TTV, memantau terjadinya tanda-tanda fisik, dan capillary refil
            Hasil :Tekanan darah 109/77 mmHg, nadi 86 x/menit, teratur, kuat, suhu 37,50C  P30x/menit. Tidak ada sianosis, kulit tampak keriput, capillary refil < 3 detik
b. Sekunder ;
2.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus salmonella thypi
Tujuan  ; Suhu tubuh kembali normal ( 36 – 370C ) dan bebas dari demam
Intervensi ;
1.    Observasi TTV tiap 3 jam
R / infeksi dapat mempengaruhi TTV sehingga tanda TTV setiap saat dapat berubah
2.    Anjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
R / peningkatan suhu badan dapat mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perluh diimbangi asupan cairan yang banyak
3.    Observasi dan catat intake dan output cairan
R /  mengetahui pemenuhan asupan cairan dan nutrisi yang masuk dan yang keluar
4.    Anjurkan pemberian kompres Hangat  
R / membantu menurunkan suhu tubuh dengan dilatasi pembuluh darah
5.    Penatalaksanaan pemberian Cairan Intravena
R / pemberian cairan intravena sangat penting untuk penurunan suhu tubuh
6.    Penatalaksanaan pemberian Obat
R / mempercepat penurunan suhu tubuh

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
1.    Kaji kemampuan keluhan klien
R / untuk mengidentifikasi masalah klien
2.    Anjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
R / pemberian bantuan sangat di perluhkan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari 
3.    Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
R / memberi posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya dekubitus akibat tirah baring terlalu lama.
H.   Implementasi  hari 1
1.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus salmonella thypi, ditandai dengan ;
            Ds: keluarga Mengatakan klien demam 
            Do ;  suhu : 37, 9
1)    Mengobservasi TTV tiap 3 jam
Hasil : TD 103/76 mmHg, N 73x/menit , S 37,1 P 28x/menit
2)    Menganjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
Hasil ; klien hanya minum ½ dari 1 botol Aqua 600ml
3)    Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ;      I = 500,
            O = 500,
            IWL = 218,75
            Jumlah = -218,75
4)    Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ; keluarga melaksanakan
5)    Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
Hasil ; pemberian cairan RL dan Dex 5%  ( 1 : 1 )
6)    Penetalaksanaan pemberian obat
Hasil ;   injeksi ceftriaxone 3 gr/ drips dalam 200 CC Dex 5% habis dalam 1 jam
       Ranitidine 1ampul / 12 jam
       Dexa 1 ampul / 8 jam
       PCT 3x1
       Cloramfenicol 3x1
2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi  tubuh yang lemah
            Ds ; keluarga mengatakan klien terbaring lemah
            Do  ; klien Nampak terbaring lemah dan pucat
a)    Mengkaji kemampuan keluhan klien
Hasil ; klien tidak banyak mengeluh
b)    Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
Hasil : keluarga Melaksanakan dan selalu mendampingi klien
c)    Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
Hasil : perawat melaksanakan

I.      Evaluasai hari 1
            Dx 1.
            S  ;  keluarga mengatakan masih demam
            O  ; suhu 37,9
            A ; masalah hipertermi belum teratasi
            P ; lanjutkan intervensi
1.    Observasi TTV tiap 3 jam
2.    Anjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
3.    Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
4.    Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
5.    Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
6.    Penetalaksanaan pemberian obat
            Dx 2.
            S  ;  -
            O  ; klien terbaring lemah dan pucat
            A ; masalah intoleransi belum teratasi
            P ; lanjutkan intervensi
1.    Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
2.    Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam

J.    Implementasi  hari 2
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus salmonella thypi, ditandai dengan ;
            Ds: keluarga Mengatakan klien demam 
            Do ;  suhu : 37, 7
-          Mengobservasi TTV tiap 3 jam
Hasil : TD 122/82 mmHg, N 98x/menit , S 37,9 P 29x/menit
-          Menganjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
Hasil ; klien hanya minum ½ dari 1 botol Aqua 600ml
-          Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ; I = 600
O = 500
IWL = 218,75
Jumlah = -118,75
-          Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ; keluarga melaksanakan
-          Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
Hasil ; pemberian cairan RL dan Dex 5%  ( 1 : 1 )
-          Penetalaksanaan pemberian obat
Hasil ;   injeksi ceftriaxone 3 gr/ drips dalam 200 CC Dex 5% habis dalam 1 jam
       Ranitidine 1ampul / 12 jam
       Dexa 1 ampul / 8 jam
       PCT 3x1
       Cloramfenicol 3x1
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi  tubuh yang lemah
            Ds ; keluarga mengatakan klien terbaring lemah
            Do  ; klien Nampak terbaring lemah dan pucat
-          Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
Hasil : keluarga Melaksanakan dan selalu mendampingi klien
-          Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
Hasil : perawat melaksanakan

K.   Evaluasai hari 2
            Dx 1.
            S  ;  keluarga mengatakan masih demam
            O  ; suhu 37,9
            A ; masalah hipertermi belum teratasi
            P ; lanjutkan intervensi
-          Observasi TTV tiap 3 jam
-          Anjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
-          Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
-          Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
-          Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
-          Penetalaksanaan pemberian obat
            Dx 2.
            S  ;  -
            O  ; klien terbaring lemah dan pucat
            A ; masalah intoleransi belum teratasi
            P ; lanjutkan intervensi
-          Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
-          Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam



DAFTAR PUSTAKA.
 Carpenito, Linda Juall, et all. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Ovedaff, D. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ke-3. Jakarta: Media Aeculapius. FKUI.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi  ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Syaifuddin. 1994. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner dan Suddart.2002, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 .EGC,Jakarta.
Doenges,Marylin,E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit   EGC,Jakarta.
Markel E.K,Vaye M.1981, Medikal Parasitologi. Citra Aditya Bakti.
http://medicastore.com/penyakit/10/Demam_Tifoid.html


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

RESUME POST OP SC

Resume Keperawatan Keluarga