Laporan Pendahuluan Demam thypoid
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM THYPOID
KONSEP DASAR MEDIK
A.
Pengertian
Thypoid
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa.
Thypoid adalah infeksi akut pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala.
Bakteri ini disebabkan oleh lalat melalui makanan dan minuman yang masuk dalam
perut. Penularannya terjadi secara fecal oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi sumber utama Carrier, masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang
yang pernah kena penyakit Thypus disebut “Corner Thypus”.
Thypoid
fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan
I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B.
Etiologi.
1. Samonella
Thypi.
2. Samonella
Parathypi A.
3. Samonella
Parathypi B.
4. Samonella Parathypi C.
C.
Patofisiologi.
Kuman
salmonella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum
terminalis, di tempat ini bisa terjadi komplikasi pendarahan. Kemudian masuk ke
aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe, setelah itu masuk ke aliran darah,
sedangkan yang lain mencapai hati. Kuman salmonella bersarang di plaque peyeri,
limpa, hati dan bagian-bagian retikuloendotelial. Endotoksin kuman salmonella
berperan pada patogenesis demam typhoid, karena membantu terjadinya proses
inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman salmonella berkembang biak. Demam
pada typhoid disebabkan karena kuman salmonella dan endotoksinnya merangsang sintesis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Basil tertelan
Usus halus akan bermutifikasi menembus usus halus dan
pembuluh limfe intestinal
Intestinal
Aliran darah
Fagotis oleh sistem Retikuloendotial
Bakterimia yang berulang
Manifestasi Thypus Abdomominalis/ Thypoid
D.
Manifestasi Klinis.
Masa
tunas demam Thypoid berlangsung 10 – 14 hari yang tersingkat 4 hari, jika
terjadi infeksi melalui makanan, gejala yang timbul tiba-tiba atau berangsur-angsur,
penderita cepat lemah, anorexia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut dan
nyeri seluruh tubuh.
Dalam
minggu pertama atau pada masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal
serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu lesu, demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anorexia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perasaa tidak
enak di perut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu bada
meningkat. Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas.
♦ Demam.
Pada kasus khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiktem dan suhu tidak seberapa tinggi, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan pada malam hari, pada minggu ketiga suhu tubuh
berangsur turun dan normal kembali.
♦ Bradikardi
Relatif
Terjadi penurunan nadi 20 – 40 x/m, dimana semestinya
nadi bertambah 18 x/m, bila suhu meningkat 1 ‘C
♦ Lidah Yang
Khas.
Kotor di tengah, tepi dan ujungnya merah bila
dikeluarkan tampak tremor.
♦ Tanda –
Tanda Toksemia.
Kedua pipi kemerahan, muka basah sedangkan tubuh
kering, apatis dan pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik
tanpa disadari.
E.
Pemeriksaan Penunjang.
Kelainan yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium :
1. Nilai leukosit dalam
darah berkisar antara 5.000 – 6.000 /mm, tetapi bisa dijumpai antara 1.200 –
20.000 /mm.
2. LED biasanya
meningkat.
3. Trombosit menurun
mencapai 150.000 /mm.
4. Serum transaminase
meningkat dan bilirubin bisa 2x normal.
5. Terjadi kenaikan protrombin
dan sebagian waktu tromboplastin fibrinogen menurun demikian juga fibrin
degradasi produk.
6. Bisa terjadi
hiponatremia dan hipokalemia namun biasanya ringa.
7. Urine dijumpai
sedikit protein dan leukosit.
8. Fungsi ginjal bisa normal
kadang bisa turun.
9. Anemia dapat terjadi
namun ringan kecuali terjadi pendarahan.
Widal Test:
Yaitu seseorang terjadi aglutinasi antara antigen
dengan antibodi (aglutinin), maksudnya adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serim pasien yang disangka menderita Thypoid.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan.
Penderita Thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk
isolasi, observasi dan pengobatan, penderita harus tirah baring sampai minimal
7 hari, batas panas atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan secara
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, penderita yang kesadarannya menurun
posisi tubuh harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi dekubitus, defekasi, dan miksi perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan retensi urine.
2. Diet/ Terapi Diet.
Yaitu penatalaksanaan diet penyakit Thypus Abdominalis
dengan tujuan :
a) Memberi makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah guna mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.
b) Pemberian makanan
yang cukup dan seimbang tidak merangsang dan tidak memperberat kerja saluran
pernafasan.
c) Jika adanya
peradangan pada usus halus, maka harus diberikan secara hati-hati untuk
menghindari rangasangan terutama dari serat kasar.
Penderita diberi bubur saring kemudian bubu kasar, dan
akhirnya diberi nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa pemberian makanan pada dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada
penderita Thypoid.
3. Obat – Obatan.
♦
Klorampenikol 4.500 mg selama 14 hari.
♦ Limfenikol
3.300 mg.
♦
Kotrimoxazol 12.480 mg selama 4 hari.
♦ Ampicillin
dan Amoxillin 341 gr selama 14 hari.
Obat-obatan anti piretik tidak perlu diberikan secara
rutin pada penderita Thypoid. Pada penderita toksik dapat diberikan
kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap
selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan. Kesadaran penderita menjadi baik dan
suhu tubuh cepat turun sampai normal, akan tetapi kortikosteroid tidak boleh
diberikan tanpa indikasi karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.
Selama demam Thypoid perawat memonitor perubuhan suhu
tubuh pasien melalui tindakan langsung seperti mengukur suhu tubuh pasien
dengan termometer, observasi pasien dari wajah sampai kaki, apa terdapat
kemerahan kulit akibat peningkatan suhu tubuh .
Palpasi daerah abdomen untuk mengetahui adanya nyeri
tekan pada abdomen, palpasi denyut nadi pasien, auskultasi bising usus serta
kaji pola makan dan perubahan nutrisi pasien.
Diagnosa dan
Intervensi Keperawatan.
a.
Hipertermi b/d invasi kuman ke
dalam usus halus
Tujuan : - Badan teraba tidak
panas lagi
- Suhu tubuh normal (36-37˚C)
- Ekspresi wajah ceria
Intervensi :
1.
Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam
Rasional : Pada pasien thypoid ,TTV dapat meningkat secara tiba-tiba
khususnya suhu tubuh
2.
Kompres air hangat
Rasional : Terjadi dilatasi
pembuluh darah dan pori-pori kulit sehingga panas tubuh dapat menurun
3.
Menganjurkan klien banyak minum air putih
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4.
Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap
Rasional : Dapat mengurangi rasa gerah dan mempercepat proses pertukaran
udara disekitarnya
5.
Mengatur ventilasi ruangan
Rasional : Suhu ruangan yang rendah dan suhu tubuh yang meningkat
menyebabkan terjadinya konveksi.
b.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d proses
infeksi pada usus halus
Tujuan : - Porsi makan dihabiskan
- Klien mengatakan
nafsu makan meningkat
- Tidak ada mual dan muntah
Intervensi :
1)
Mengkaji pola makan tiap hari
Rasional : Mengetahui kebutuhan
nutrisi klien
2)
Memberikan makanan lunak
Rasional : Mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang tinggi
pada usus
3)
Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut/lidah,dan dapat
meningkatkan nafsu makan
4)
Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi dan mencegah mual dan muntah
c.
Gangguan istirahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh
Tujuan : - Konjungtiva tidak
pucat
- Klien nampak segar
- Klien tidur 6-8 jam
- Klien mengatakan
tidurnya nyenyak/pulas
Intervensi
:
a)
Mengkaji pola istirahat klien
Rasional : Untuk mengetahui pola istirahat klien sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya
b)
Menganjurkan tekhnik distraksi sebelum tidur seperti nonton
TV,membaca buku
Rasional : Dapat mengalihkan perhatian dari rasa ketidaknyamanan sehingga
klien dapat tidur pulas
c)
Menciptakan lingkungan yang tenang/nyaman untuk istirahat dengan
membatasi pengunjung
Rasional : Menurunkan stimulasi nyeri
d)
Memberikan HE pada klien dan keluarga tentang pentingnya
istirahat cukup (6-8 jam)
Rasional : Memberikan motivasi klien untuk meningkatkan istirahat tidur
d.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan mukosa usus
Tujuan : - Klien tidak
nampak meringis
- Ekspresi wajah
ceriaIntervensi :
Intervensi :
I.
Mengkaji tingkat nyeri klien
Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri dan sebagai indikator dalam
intervensi selanjutnya.
II.
Mengobservasi TTV klien
Rasional : Nyeri adalah rangsangan sensori yang dapat mempengaruhi TTV
terutama nadi dan suhu tubuh
III.
Menganjurkan tekhnik relaksasi napas dalam
Rasional : Dapat mengurangi
nyeri
IV.
Mengkolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Dapat menghambat rangsangan nyeri
e.
Diare b/d inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus,
adanya toksin dan penyempitan segemental usus ditandai dengan :
·
Peningkatan bunyi usus/peristaltik.
·
Defakasi sering dan berair (fase akut)
·
Perubahan warna feses.
·
Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.
Tujuan :
·
Klien akan melaporkan penurunan frekuensi
defakasi, konsistensi kembali normal.
·
Klien akan mampumengidentifikasi/menghindari
faktor pemberat.
Intervensi :
·
Observasi dan catat ferkuensi defakasi,
karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
·
Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat
disamping tempat tidur.
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan
·
Buang feses dengan cepat dan berikan
pengharum ruangan.
R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
·
Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan
diare.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
·
Observasi demam, takhikardi, lethargi,
leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
R/ : Tanda toksik megakolon atau
perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi
medik segera.
·
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
- Antikolinergik.
- Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI
dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
-
Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses
inflamasi. Antasida
R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
-
Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.
f. Risiko
kurang volume cairan b/d Kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat,
muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
Tujuan : Klien
akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan
oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV
stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam
konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
1. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
1. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ :
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol
penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi TTV.
2. Observasi TTV.
R/ :
Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon
terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
3.
Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor
kulit, prngisisan kapiler lambat.
R/ :
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari.
4. Ukur BB tiap hari.
R/ :
Indikator cairan dan status nutrisi.
5.
Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
R/ : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
R/ : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
6.
Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
7.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
- Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
- Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
R/
: Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatntian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/anemia.
-
Anti diare.
R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari
usus.
-
Antiemetik
R/ : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
R/ : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
- Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
- Elektrolit
tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui
oral dan diare.
g. Konstipasi
b/d masukan cairan buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi,
iritasi, ditandai dengan :tidak ada feses.
Tujuan :Klien akan menampakkan/melaporkan kembali
pola fungsi usus yang normal.
Intervensi
Intervensi
1. Observasi
bisisng usus.
R/ : Kembalinya fungsi GI mungkin
terlambat oleh inflamasi intraperitoneal, obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukkan
adanya komplikasi.
2. Amati
adanya keluhan nyeri abdomen.
R/ : Mungkin berhubungan adanya distensi
gas atau terjadinya komplikasi.
3. Observasi
gerakan usus. Amati feses, konsistensi, warna dan jumlah.
R/ : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi.
R/ : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi.
4. Anjurkan
makanan/cairan yang tidak mengiritasi bila masukan oral diberikan.
R/ : Menurunkan risiko iritasi mukosa.
R/ : Menurunkan risiko iritasi mukosa.
5. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, supositoria
gliserin sesuai indikasi.
gliserin sesuai indikasi.
R/ : Mungkin perlu untuk merangsang
peristaltik dengan perlahan/evakuai
feses.
feses.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS) optimal.
Intervensi :
1. Beri
motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasiÓ sebatas kemampuan
(missal. Miring kanan, miring kiri).
Rasional : agar pasien
dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
2. Kaji
kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan,Ó minum).
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana
kelemahan yang terjadi.
3. Dekatkan
keperluan pasien dalam jangkauannya.
Rasional : untuk mempermudah pasien
dalam melakukan aktivitas.
4. Berikan latihan
mobilisasi secaraÓ bertahap sesudah demam hilang.
Rasional : untuk menghindari
kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.
i. Cemas
b/d Faktor psikologi/rangsang simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan/perubahan
status kesehatan dan status
sosioekonomi ditandai dengan :
Tujuan :
·
Klien akan menampakkan perilaku rileks dan
melaporkan penurunan
kecemasan sampai tingkat mudah ditangani.
kecemasan sampai tingkat mudah ditangani.
·
Klien akan menyatakan kesadaran perasaan
kecemasan dan cara sehat
menerimanya.
menerimanya.
Intervensi :
1. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
1. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
R/ : Indikator derajat kecemasan/stress.
Hal ini dap terjadi akibat gejala fisik kondisi juga reaksi lain.
2. Dorong
klien untuk mengeksplorasi perasaan dan berikan umpan balik.
R/ : Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk meminta bantuan karena takut terhadap staf.
3. Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis : tirah baring,
pembatasan masukan peroral dan posedur.
R/ : Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk meminta bantuan karena takut terhadap staf.
3. Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis : tirah baring,
pembatasan masukan peroral dan posedur.
R/ : Keterlibatan klien dalam
perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan
kecemasan.
4.Berikan
lingkungan tenang dan istitahat.
R/ : Memindahkan klien dari stress luar
meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan kecemasan.
5.
Dorong klien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
R/ : Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress berkurang, memungkinkan energi dapat ditujukan pada penyembuhan/perbaikan.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
R/ : Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress berkurang, memungkinkan energi dapat ditujukan pada penyembuhan/perbaikan.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
R/ : Perilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan masalah/stress saat ini, meningktkan rasa kontrol
diri klien.
7. Bantu klien belajar mekanisme koping
baru mis : teknik mengatasi stress,
keterampilan organisasi.
keterampilan organisasi.
R/ : Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan kecemasan, meningkatkan
kontrol penyakit.
8. Kolaborai dengan tim medis dalam pemberian sedatif sesuai indikasi.
R/ : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
8. Kolaborai dengan tim medis dalam pemberian sedatif sesuai indikasi.
R/ : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat.
j. Kurang
pengetahun (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kesalahaninterpretasi informasi, kurang
mengingat dan tidak mengenal sumber informai
kebutuhan pengobatan b/d kesalahaninterpretasi informasi, kurang
mengingat dan tidak mengenal sumber informai
Tujuan :
·
Klien akan menyatakan pemahaman tentang proses
penyakit dan pengobatan.
·
Klien akan dapat mengidentifikasi situasi
stress dan tindakan khusus untuk menerimanya.
·
Klien akan berpartisipai dalam program
pengobatan.
·
Klien akan melakukan perubahan pola hidup
tertentu.
Intervensi :
1. Kaji persepsi klien tentang proses
penyakit.
R/ : Membuat pengetahuan dasar dan
memberikan kesadran kebutuhan belajar individu.
2. Jelaskan tentan proses penyakit,
penyebab/efek hubungan faktor yang
menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor penyebab.
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor penyebab.
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
R/ : Pengetahuan dasar yang akurat
memberikan klien kesempatan untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang
masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan klien tahu tentang
proses penyakitnya sendiri, merek dapat mengalami informai yang tertinggal atau
salah konsep.
3. Jelaskan tentang obat yang diberikan,
tujuan, frekuensi, dosis dan
kemungkinan efek samping.
kemungkinan efek samping.
R/ : Meningkatkan pemahaman dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program.
4. Tekankan pentingnya perawatan kulit
mis : teknik cuci tangan dengan baik
dan perawatan perineal yang baik.
dan perawatan perineal yang baik.
R/ : Menurunkan penyebran bakteri dan
risiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5. Anjurkan menghentikan merokok.
R/ : Dapat meningkatkan motalitas usus,
meningkatkan gejala.
FORMAT
PENGKAJIAN KASUS RUANGAN ICU
1. Pengumpulan Data
A.
Identitas Klien
Nama ; Tn “ H “
Umur : 18 thn
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat ; swadaya
Agama ; islam
Pendidikan ; mahasiswa
Tgl masuk RS : 05 – 07 – 2012
Tgl pengkajian ; 18 – 07 – 2012
No RM : 288128
Diagnose Medik : demam tiphoid
B.
Penanggung Jawab
Nama ; Marwah
Umur ; 32 thn
Hubungan dengan klien ; ibu
C. Pengkajian
Primer
a .Airway
Terdapat
penumpukan lendir dan ada reflek batuk
b .Breathing
RR 30 x/ menit dengan irama tidak teratur, suara nafas vesikuler,
terdapat wheezing dan ronkhi. Terpasang O2 3 Lpm dengan Nasal Kanul
c .Circulation
Tekanan darah 109 / 77 mmHg, nadi 86 x/menit, teratur,
kuat, suhu 37,50C pernapasan 30x/menit, sianosis
(+), kulit tampak kering, capillary refil < 3 detik.
D. Pengkajian Sekunder ( riwayat kesehatan
dan head to toe )
I. Riwayat kesehatan dahulu
Klien
tidak pernah di rawat di RS sebelumnya
II.
riwayat penyakit sekarang
Klien
mengalami demam naik turun selama 13 hari, klien juga batuk yang berlendir.
III.Diagnosa
Medik
Demam Thypoid
a. Keadaan umum
Kien tampak
lemah, kesadaran menurun
b. Kesadaran
GCS 8 ( E2,M 4, V2 ) Tanda-tanda vital, TD: 107 /
77 mmHg, HR: 86 x / menit, RR: 30 x /
menit, Suhu: 37,50C,
c. Kepala
Bentuk
mesochepal, rambut hitam , lurus, tidak mudah dicabut, kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe
d .Mata
Konjungtiva anemis,
pupil isokor, reflek cahaya mata
kanan dan kiri negatif,
e .Telinga
Simetris antara telinga
kanan dan telinga kiri, tidak ada discharge,tidak ada serumen,
f .Hidung
Terdapat secret, kotor,
terpasang O2 3 Lpm dengan
nasal kanul
g .Leher
Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar
limpha dan tiroid, tidak ada peningkatan JVP, JVP = R – 2 cmH2O
h .Dada
-
Paru
– paru, Bentuk simetris, gerakan dada simetris, Suara nafas vesikuler, ada wheezing maupun ronkhi
-
Jantung, Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis
teraba di SIC V, Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal, Bj S1-S2 murni, tidak ada gallop, bising
maupun murmur
i.
abdomen
Data, Bising usus (+), 20
x/menit, tidak ada pembesaran hepar dan lien, Timpani
j.Ekstremitas
Ekstremitas
atas dan bawah tidak ada edema, sianosis, pergerakan terbatas,terpasang infus RL 20 tetes / menit
k .Genitalia
Bersih,
tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan
Laboratorium
WBC 7,5x109/L Normal
4,0 – 10.0
RBC 4,60x1012/L Normal 3,50
– 5,50
HGB 12,3g/dL Normal 11,0 –
15,0
PLT 389x109/L Normal 100
– 300
Widal
Test
OD :
1/320
HD
& HA ; 1/160
5. Terapi
Ø Posisi
terlentang
Ø Infus
RL 20 Tpm
Ø Dexa 1 ampul / 8 jam
Ø Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Ø Ceftriaxone 2 gr dalam 100 CC dex 5% habis 1 jam/ hari
Ø Cloramfenicol 3x1
Ø Paracetamol 3x1
E. Klasifikasi data
1. Data subjektif
·
Keluarga mengatakan klien demam
·
Keluarga mengatakan klien terbaring lemah
·
Keluarga mengatakan klien susah bicara dan
batuk berlendir
2. Data objektif
·
TTV : TD 107/77 mmHg, N 86x/menit, S 37,50C,
P 30x/menit
·
Klien
Nampak gelisah
·
Klien
terbaring lemah
F. Diagnosa keperawatan
a. Diagnose
primer :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubunga dengan
adanya penumpukan lender pada saat batuk
b. Diagnosa
Sekunder
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infesi virus
salmonella thypi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah
G.
Tindakan
Keperawatan
a. Primer :
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
adanya penumpukan secret pada saat batuk
a. Airway
Menganjurkan Memberikan suction untuk
mencegah penyumbatan jalan nafas akibat. penumpukan sekret
atau lender pada mulut ( Penghisapan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu pengisap )
Hasil : Tidak Dilakukan Suction
b. Breathing
Memberikan O2 3 Lpm, dan memantau TTV
Hasil : kebutuhan oksigen
dapat terpenuhi dengan baik, masih terdapat whezing dan ronkhi
c. Sirculation
Memantau TTV, memantau terjadinya
tanda-tanda fisik, dan capillary refil
Hasil :Tekanan darah 109/77 mmHg, nadi 86 x/menit, teratur, kuat, suhu 37,50C P30x/menit. Tidak
ada sianosis, kulit tampak keriput, capillary refil < 3 detik
b. Sekunder ;
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
salmonella thypi
Tujuan ; Suhu tubuh kembali
normal ( 36 – 370C ) dan bebas dari demam
Intervensi ;
1. Observasi TTV tiap 3 jam
R / infeksi dapat mempengaruhi TTV sehingga tanda TTV setiap saat dapat
berubah
2. Anjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
R / peningkatan suhu badan dapat mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perluh diimbangi asupan cairan yang banyak
3. Observasi dan catat intake dan output cairan
R / mengetahui pemenuhan asupan
cairan dan nutrisi yang masuk dan yang keluar
4. Anjurkan pemberian kompres Hangat
R / membantu menurunkan suhu tubuh dengan dilatasi pembuluh darah
5. Penatalaksanaan pemberian Cairan Intravena
R / pemberian cairan intravena sangat penting untuk penurunan suhu tubuh
6. Penatalaksanaan pemberian Obat
R / mempercepat penurunan suhu tubuh
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah
1. Kaji kemampuan keluhan klien
R / untuk mengidentifikasi masalah klien
2. Anjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan
aktivitas sehar-hari
R / pemberian bantuan sangat di perluhkan oleh pasien pada saat
kondisinya lemah dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari
3. Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
R / memberi posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya dekubitus akibat
tirah baring terlalu lama.
H. Implementasi hari 1
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
salmonella thypi, ditandai dengan ;
Ds: keluarga Mengatakan klien demam
Do ; suhu : 37,
9
1) Mengobservasi TTV tiap 3 jam
Hasil : TD 103/76 mmHg, N 73x/menit , S 37,1 P 28x/menit
2) Menganjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter /
hari
Hasil ; klien hanya minum ½ dari 1 botol Aqua 600ml
3) Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ; I = 500,
O = 500,
IWL = 218,75
Jumlah = -218,75
4) Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
Hasil ; keluarga melaksanakan
5) Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
Hasil ; pemberian cairan RL dan Dex 5%
( 1 : 1 )
6) Penetalaksanaan pemberian obat
Hasil ; injeksi ceftriaxone 3
gr/ drips dalam 200 CC Dex 5% habis dalam 1 jam
Ranitidine 1ampul / 12 jam
Dexa 1
ampul / 8 jam
PCT 3x1
Cloramfenicol 3x1
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
Ds ; keluarga mengatakan klien terbaring lemah
Do ; klien
Nampak terbaring lemah dan pucat
a) Mengkaji kemampuan keluhan klien
Hasil ; klien tidak banyak mengeluh
b) Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitas sehar-hari
Hasil : keluarga Melaksanakan dan selalu mendampingi klien
c) Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
Hasil : perawat melaksanakan
I.
Evaluasai
hari 1
Dx
1.
S ;
keluarga mengatakan masih demam
O ; suhu 37,9
A
; masalah hipertermi belum teratasi
P
; lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV tiap 3 jam
2. Anjurkan untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
3. Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
4. Mengobservasi dan catat intake dan output cairan
5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
6. Penetalaksanaan pemberian obat
Dx
2.
S ; -
O ; klien terbaring lemah dan pucat
A
; masalah intoleransi belum teratasi
P
; lanjutkan intervensi
1. Menganjurkan keluarga untuk bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitas sehar-hari
2. Memberikan klien posisi tiap 1x/ jam
J.
Implementasi hari 2
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
salmonella thypi, ditandai dengan ;
Ds: keluarga Mengatakan klien demam
Do ; suhu : 37,
7
-
Mengobservasi
TTV tiap 3 jam
Hasil : TD 122/82 mmHg, N 98x/menit , S 37,9 P 29x/menit
-
Menganjurkan
untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
Hasil ; klien hanya minum ½ dari 1 botol Aqua 600ml
-
Mengobservasi
dan catat intake dan output cairan
Hasil ; I = 600
O = 500
IWL = 218,75
Jumlah = -118,75
-
Mengobservasi
dan catat intake dan output cairan
Hasil ; keluarga melaksanakan
-
Penatalaksanaan
pemberian cairan intravena
Hasil ; pemberian cairan RL dan Dex 5%
( 1 : 1 )
-
Penetalaksanaan
pemberian obat
Hasil ;
injeksi ceftriaxone 3 gr/ drips dalam 200 CC Dex 5% habis dalam 1 jam
Ranitidine 1ampul / 12 jam
Dexa 1
ampul / 8 jam
PCT 3x1
Cloramfenicol 3x1
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
Ds ; keluarga mengatakan klien terbaring lemah
Do ; klien
Nampak terbaring lemah dan pucat
-
Menganjurkan
keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
Hasil : keluarga Melaksanakan dan selalu mendampingi klien
-
Memberikan
klien posisi tiap 1x/ jam
Hasil : perawat melaksanakan
K.
Evaluasai
hari 2
Dx
1.
S ;
keluarga mengatakan masih demam
O ; suhu 37,9
A
; masalah hipertermi belum teratasi
P
; lanjutkan intervensi
-
Observasi
TTV tiap 3 jam
-
Anjurkan
untuk memberi banyak minum ± 1,5 liter / hari
-
Mengobservasi
dan catat intake dan output cairan
-
Mengobservasi
dan catat intake dan output cairan
-
Penatalaksanaan
pemberian cairan intravena
-
Penetalaksanaan
pemberian obat
Dx
2.
S ; -
O ; klien terbaring lemah dan pucat
A
; masalah intoleransi belum teratasi
P
; lanjutkan intervensi
-
Menganjurkan
keluarga untuk bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehar-hari
-
Memberikan
klien posisi tiap 1x/ jam
DAFTAR PUSTAKA.
Carpenito, Linda Juall, et all. 2000. Diagnosa
Keperawatan. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Ovedaff, D. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I
Edisi Ke-3. Jakarta: Media Aeculapius. FKUI.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Syaifuddin. 1994. Anatomi Fisiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner dan Suddart.2002,
Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 .EGC,Jakarta.
Doenges,Marylin,E.2000, Rencana Asuhan
Keperawatan. Penerbit EGC,Jakarta.
Markel E.K,Vaye M.1981, Medikal Parasitologi.
Citra Aditya Bakti.
http://medicastore.com/penyakit/10/Demam_Tifoid.html
maksih bisa membantu sedikit
BalasHapus