Prosal Perbandingan Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar


BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Nyeri merupakan masalah utama pada pasien post operasi. Nyeri dapat menimbulkan efek terhadap respon tubuh, berupa pengukuran denyut nadi, tekanan darah dan respon yang lainnya.
Definisi nyeri menurut The International Association for the Study of Pain merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, dan tekanan ringan. ( Perry & Potter 1998 : Trinoval Yanto Nugroho,2010 ).
Nyeri bukanlah akibat sisa pembedahan yang tak dapat dihindari tetapi ini merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien. Definisi dari nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak atau segala sesuatu yang menunjukkan kerusakan.( Aris Nur Rahmat , 2010 )
Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, dengan tempat dan persepsi yang berbeda pada setiap orang. Sensasi nyeri merupakan salah satu hal yang sering dikeluhkan orang pada saat di rumah sakit atau di Puskesmas. Managemen nyeri yang handal sangat diperlukan untuk mengatasi rasa nyeri secara efektif dan efisien (Priharjo 1993;; Istichomah 2007).
Menurut Maslow, seorang pelopor psikologi mengatakan bahwa kebutuhan  rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus terpenhi.Seseorang  yang mengalami nyeri  akan berdampak terhadap aktivitas sehari – harinya. Orang tersebut akan terganggu pemenuhan kebutuhan istrahat dan tidurnya, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat berubah menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari kontak.( Potter dan Perry 1997 ; Istichomah 2007 )
Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan yang merupakan pertanda bahwa tubuh telah mengalami kerusakan atau terancam oleh suatu cedera.( Sunardi, 2006 ).
Bebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia. Nyeri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan tubuh ( Aziz & musrifatul, 2004). Jika seseorang menderita nyeri maka akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari oarang tersebut. Sesorang dapat menjadi mudah marah, denyut nadi cepat, cemas, dang gangguan pola tidur bahkan aktivitas sehari – hari dapat terganggu. ( Tamsuri Anas , 2007 )
Dalam penatalaksanaan nyeri biasanya digunakan manajemen secara farmakologis atau obat – obatan baik analgetikanarkotika atau non narkotika.Dan juga diberikan tindakan non farmakologis. Tindakan non farmakologis ini adalah berupa teknik distraksi, teknik relaksasi dan stimulasi kulit. Teknik stimulasi kulit yang digunakan adalah pemberian kompres dingin ataupun kompres hangat.                            ( Istichomah,2007 )
Salah satu tindakan pengobatan nyeri tanpa obat untuk bisa membantu mengurangi nyeri setelah operasi adalah diberikan kompres dingin pada area operasi.Terapi es dapat menurunkan prostatglandin, dengan menghambat proses inflamasi.              (Lukman 2008 ).
Menurut Tamsuri ( 2007 ), Stimulasi kulit dalam hal ini pemberian kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi stimulasi nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan transmisi implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C.
Berdasarkan data yang di peroleh di BPRS Labuang Baji Makassar pada ruang perawatan Baji kamase 1 terdapat 9 penyakit terbesar yang mengalami pembedahan pada tahun 2009 -  2010 yaitu : T. Colli,Fraktur, Hernia ,Dyspepsia,Ca Mammae, Tumor Mammae, Appendisitis,Hemoroid, dan Struma..
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan karena kompleksnya masalah yang berkaitan dengan pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi, maka masalah dirumuskan dalam bentuk pernyatan sebagai berikut :
Bagaimanakah pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi Ruang Perawatan Bedah RSU Labuang Baji Makassar..??
C. .Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Mengetahi  pengaruh Kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi, Ruang Perawatan Bedah RSU Labuang Baji Makassar.
2.    Tujuan Khusus
a.    Diketahuinya tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelum diberikan kompres dingin pada pasien post opersi, Ruang perawatan Bedah RSU Labuang Baji Makassar.
b.    Diketahuinya tingkat Nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan kompres dingin pada pasien post operasi, Ruang Perawatan Bedah RSU Labuang Baji Makassar.
c.    Diketahuinya pengaruh kompres dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi Ruang Perawatan Bedah RSU Labuang Baji Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1.    Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan peneliti tentang kompres dingin bagi asien post operasi.
2.    Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membantu kesembuhan pasien post operasi.
3.    Bagi Pendidikan dapat memberi manfaat bagi calon – calon keperawatan yang profesional agar dapat memberikan pelayanannya dirumah sakit nantinya dengan manfaat penelitian ini.
4.    Bagi pasien diberikan kepuasan, perhatian dan perawatan yang baik, agar pasien setelah perawatan bisa nyaman dan tidak merasa takut dan cemas setelah operasi.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang  Nyeri
1.    Defenisi Nyeri
Nyeri adalah Pengalaman Sensori dan emosional  yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dam potensial.nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang – orang di banding suatu penyakit manapun. (Brunner dan Suddarth,2002 )
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik, nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri patah tulang atau nyeri pada pembedahan abdomen.Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala – gejala antara lain : respirasi meningkat, kecepatan jantung dan tekanan darah meningkat dan kalor. Respon sesorang terhadap nyeri bervariasi, ada yang sakit, nyeri kronik berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pasien sulit mengingat sejak kapan pasien mulai merasakan.         ( Priharjo R, 2002 ).
Nyeri juga dapat dikatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik.nyeri somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik merupakan nyeri psikis atau mental           ( Priharjo R, 2002 ).
Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada penyakit apapun (Brunner & Suddarth, 2002).
2.    Penyebab Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan denga psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma ( baik trauma mekanik, termis,kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain – lain. Sedangkan secara psikis, penyebab nyeri terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.
3.    Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu serangannya.
1).  Nyeri Berdasarkan Tempatnya
a. Pheriperal pain
Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.

b. Deep pain
Deep pain adalah yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral (nyeri visceral)   ( Asmadi, 2008 ). Nyeri somatik mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. ( Tamsuri Anas ,2007 ). Demikian juga pada nyeri Viseral adalah Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama.Sensasi yang timbul biasanya tumpul.( Tamsuri Anas  ,2007 )
c.   Refered pain
Reffered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan dari daerah asal nyeri. Misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung ( Asmadi, 2008 ).
d.   Central pain
Central pain adalah nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain        ( Asmadi, 2008 )




2). Nyeri Berdasarkan Sifat
a. Incidental Pain
Incidental pain adalah yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Incidental ini terjadi pada pasien yang mengalami nyeri kanker tulang
b. Steady Pain
Steady pain adalah nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis steady pain. Tingkatan nyeri yang konstan pada obstruksi dan distensi
d.   Proximal Pain
Proximal pain adalah nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
( Asmadi, 2008 )
3). Nyeri Berdasarkan Ringan Beratnya
a. Nyeri Ringan
Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik
b. Nyeri Sedang
Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
c. Nyeri Berat
Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang ( Asmadi, 2008 )
4). Nyeri Berdasarkan Waktu Serangan
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan
Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau dengan pengobatan. Sebagai contoh, jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat. Pada kasus yang lebih berat seperti fraktur ekstremitas, pengobatan dibutuhkan untuk menurunkan nyeri sejalan dengan penyembuhan tulang (Brunner & Suddarth, 2002).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berkangsung berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun. Ragam pola tersebut ada nyeri lalu timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, begitu seterusnya. Adapula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri  tersebut terus – menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma.  ( Asmadi,2008)
4.    Teori Nyeri
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiceptor dapat menghasilkan rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan.
a.    The Specificity Theory ( Teori spesifik )
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensori. Saraf sensori untuk setiap indera perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensori dingin hanya dapat dirangsang oleh sensasi dingin, bukan oleh panas. Begitu pula dengan saraf sensori lainnya.
Ada dua tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeri yaitu serabut saraf tipe delta A dan sreabut saraf tipe C. Menurut teori spesifik ini . timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung – ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri ditalamus.
b.    The Intencity Theory ( Teori Intensitas )
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
c.    The Gate Control Theory ( Teori Terkontrol Pintu )
Teori ini menjelaskanmekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “ pintu ditutup “, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “ pintu dibuka “ ( Asmadi, 2008 )



5.    Mengkaji Persepsi Nyeri
Menurut  Brunner dan Suddarth ( 2002 ), alat – alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat – alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut : 1). Mudah dimengerti dan digunakan, 2). Memerlukan sedikit upaya dengan pihak pasien, 3). Mudah dinilai, 4). Sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Alat – alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan. Untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan alternatife dan tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri individu.
a.    Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.( Tamsuri Anas , 2007 )
Menurut Smeltser, S C bare B.G ( 2002 ) adalah sebagai berikut;
1). Skal Intensitas Nyeri deskriptif
2). Skala Identitas nyeri Numeric
3). Skala Analog Visual
4). Skala Wajah Wong dan Barker
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal, merupakan sebuah garis yang terdiri dari tga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “ tidak terasa nyeri “ sampai  “ nyeri yang tidak tertahankan “. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.
Skala analog Visual (Visual analog scala, SAV) tidak melebel subsidi. VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri terus menerus dan mendiskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.( Perry dan Potter, 1998 )
b.    Karakteristik Nyeri
Nyeri sukar digambarkan, saat pasien mengeluh nyeri, dengarkan  ( lakukan sesuatu ) karena nyerinya adalah apa yang ia rasakan meskipun ia mungkin kesulitan menggambarkannya. Observasi objektif yang bisa ditemui yakni ( Brunner dan suddarth, 2002 )
1)    Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama
2)    Ekspresi wajah kening mengernyit, mulut dan gigi terkatup rapat, pasien mungkin meringis.
3)    Mata tertutup rapat atau terbuka, pupil mungkin dilatasi
4)    Nadi mungkin meningkat atau menurun dengan beragam intensitas
5)    Perspirasi, frekwensinya menigkat dan berubah karakternya.
B.   Strategi Penatalaksanaan Nyeri
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis dan Non Farmakologis. Pendekatan ini seleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan. ( Burnner dan Suddarth,2001)
Tujuan umum dari suatu pengelolahan nyeri pasca bedah adalah selain untuk memberi kenyamanan ( Tanpa nyeri = pain  free ) terhadap penderita juga untuk mencegah terjadinya respon stress ( stres free ) guna mencegah terjadinya komplikasi yang pada gilirannya dapat mempercepat penyembuhan, memendekan waktu hospitalisasi dan menekan biaya.(Kehelt H 1996 ; Husni Tanra,1997 ).
1.    Tindakan  Farmakologis
Menurut Perry & Potter ( 1998 ) Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadapnyeri
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
a.    Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan nyer. Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.
b.    Non-Narkotik
    NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang, seperti nyeri yang terkait dengan artritis reumatoid, prosedur pengobatan gigi dan prosedur bedah minor, episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah. Satu pengecualian yaitu ketorolak (Toradol), merupakan agens analgesik utama yang diinjeksikan yang kemanjurannya dapat di bandingkan dengan morfin.
c.    Obat – obat antiinflamasi nonsteroid  (NSAID)
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.
2.    Tindakan  Non Farmakologis
Menurut Tamsuri Anas  (2007), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan yakni :

a)            Stimulasi kulit
Stimulasi kulit dapat di gunakan dengan cara pemberian kompres dingin, kompres hangat, balsam, analgesic, dan stimulasi kontrakateral. Pemberian kompres hangat dan dingin local bersifat terapeutik. Sebelum penggunaan terapi tersebut, perawat harus memahami respon tubuh terhadap variasi temperatur dan menjamin jalannya tindakan dengan baik.
b)         Stimulasi electric (TENS)
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
c).Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
d).Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
e).Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
f).Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)



C.   Gambaran Umum Tentang nyeri
1.    Teori Perpindahan Panas: Konduksi, Konveksi, Evaporasi dan , Radiasi
Konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara permukaan-permukaan benda. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh atau menghubungkan permukaan-permukaan yang mengandung panas. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.
Konveksi adalah Pemindahan panas berdasarkan gerakan fluida disebut konveksi. Dalam hal ini fluidanya adalah udara di dalam ruangan.
Evaporasi (penguapan) adalah Dalam pemindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, sumber panas hanya dapat kehilangan panas. Misalnya panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia, kelembaban dipermukaan kulit menguap ketika udara melintasi tubuh.
Radiasi  ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektromagnetik. Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan dari suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau memancarkan panas kepada setiap obyek atau permukaan yang lebih sejuk dari tubuh manusia itu. Panas pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau obyek-obyek yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.( Affandi Kusuma, 2007 )
2.     Tinjauan tentang kompres Dingin
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan menggunakan alat kompres Cold Pack atau  kain yang di celupkan pada air biasa atau air es  sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat trauma atau odema, mencegah kongesti kepala, memperlambat denyut jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus sarah local. Tempat yang di berikan kompres dingin tergantung lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit klien di periksa setelah 5 menit pemberian, jika dapat di toransi oleh kulit diberikan selama 20 meni.( Istichomah, 2007 )



Menurut Priharjo. R ( 2002 ) Prosedur kompres dingin adalah sebagai berikut ;
Tujuan
Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan terapeutik.
Peralatan
1.    Kantong Es, kerah es, tas es, atau Pak es disposible
2.    Kantong pelindung
3.    Es, bila di perlukan
4.    Termometer
Petunjuk
1.    Dalam pelaksanaan kompres, ikutilah sesuai aturan RS atau Prosedur buku panduan.
2.    Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi nyeri, dan atau peradangan, mencegah edema, menurunkan suhu tubuh, mengontrol perdarahan dengan meningkatkan vasokontriksi,
3.    Sarung tangan yang di isi dengan Es dapat digunakan untuk kompres dingin pada area tubuh yang kecil
4.    Apabila menggunakan pak kompres disposible, ikuti petunjuknya.
5.    Pada pasien isolasi sebaiknya digunakan pak kompres disposible
6.    Kompres dingin tidak boleh diberikan pada area yang sudah terjadi edema, karena efek vasokontriksi menurunkan reabsorbsi cairan.
7.    Kompres dingin tidak boleh diteruskan apabila nyeri semakin bertambah atau edema meningkat, atau  terjadi kemerah – merahan yang berat pada kulit.
8.    Untuk dapat mencapai hasil yang tepat, maka pak kompres dipasang di tempat selama 1 jam, kemudian diambil, di beri kesempatan jaringan untuk hangat kembali.
Tindakan Keperawatan/ Rasional
1.    Siapkan semua peralatan
2.    Cuci tangan
3.    Isi kantong es, sarung tangan, pak es, atau kerah es dengan kepingan es, tergantung kebutuhan pasien.
4.    Keluarkan udaranya, dan kencangkan penutupnya.
5.    Keringkan bagian luarnya dan periksa adanya kebocoran
6.    Masukkan kedalam kantong pengamanan
7.    Beritahu pasien
8.    Jaga harga diri
9.    Buka area yang akan dipasang kompres, atur posisi pasien sesuai kebutuhan
10. Letakkan kantong es pada area yang dikehendaki, ikat bila diperlukan.
11. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit, terhadap nyeri, mati rasa, dan kaji suhu tubuh pasien bila diperlukan.
12. Angkat kantong es bila sudah selesai
13. Kaji keadaan kulit pada area yang telah dikompres, dan suhu pasien bila diperlukan
14. Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman
15. Bereskan peralatan, kembalikkan pada tempatnya.
Pendidikan pada Pasien/ Keluarga
1.    Jelaskan tindakan dan tujuannya pada pasien
2.    Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat bila pasien merasa nyeri atau mati rasa
3.    Beritahu pasien bahwa hanya perawat yang sebaiknya memasang kompres.
Dokumentasi
1.    Waktu dan jenis kompres yang dilakukan
2.    Semua parameter pengkajia termasuk hasil tindakan, setiap reaksi, dan tindakan yang diberikan.
3.    Waktu pengambilan kompres
4.    Pendidikan kesehatan yang telah diberikan.



BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A.   Kerangka Konsep Penelitian
Peningkatan Sensasi nyeri merupakan masalah yang paling sering di jumpai pada pasien yang baru saja menjalani operasi. Bila sensasi nyeri tidak ditangani dengan benar akan mengakibatkan berbagai komplikasi yang dapat terjadi misalnya terjadi gangguan pada penderita itu sendiri. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk penurunan sensasi nyeri, dan salah satu tindakan nonfarmakologis yang dapat dilakukan yaitu pemberian kompres dingin. Kompres dingin merupakan salah satu bentuk non farmakologis dan  tindakan ini merupakan tindakan mandiri perawat yang perluh dipertimbangkan terutama pada pasien yang baru saja dioperasi. Kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endofrin yang memblok transmisi stimulus nyeri.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka di rumuskan kerangka kerja peneliti  sebagai berikut :
             











Variabel Independen
Variabel Dependen

Tindakan Nonfarmakologis

Distraksi
Kompres dingin
Plasebo
Relaksasi
Akupuntur
Sensasi Nyeri
Penggunaan Obat Antipiretik
Variabel Perancu
 









                                                                                  






Ket :

                          =  Variabel yang di teliti

                          =  Variabel yang tidak di teliti

                          =  Variabel Perancu


B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif ( Ha )
Ada pengaruh Kompres Dingin terhadap penurunan sensasi nyeri pada pasien post operasi Ruang Perawatan Bedah BPRS Labuang Baji Makassar



C. Defenisi Operasional
a. Kompres dingin
Yang dimaksud dengan kompres dingin dalam penelitian adalah meletakkan kompres diarea sekitar luka di berikan oleh perawat  dengan menggunakan alat Cold Pack yang suhunya berkisar -5 – 20 0 C setelah di simpan dalam Freezer selama 2 jam atau lebih, kemudian diberikan pada 12 – 24 jam pertama pada daerah sekitar luka pasien post operasi selama 15 – 20 menit. 
b. Sensasi Nyeri
Yang dimaksud Sensasi Nyeri dalam penelitian adalah tingkat nyeri  yang didapat dari klien dengang mengobservasi dan mengukur dengan skala visual  analog. Nyeri yang diukur sebelum dan setelah tindakan kompres dengan  kriteria evaluasi :
1)     0           :  Jika Tidak ada Nyeri
2)    1- 3       : Jika Nyeri Ringan
3)    4 – 6     : jika Nyeri Sedang
4)    7 – 6     : Jika Nyeri Berat
5)    10         : Jika Nyeri Sangat Berat.
Kriteria Objektif :
Baik                ;  Jika terjadi Penurunan 1 poin
Kurang baik ; Jika tetap atau ter   jadi peningkatan


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.     Jenis Dan Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Pra – Eksperimen : One Group Pretest – Postest. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala yang timbul sebagai akibat dari suatu perlakuan.( Agus Riyanto, 2011 ).
Dalam rancangan penelitian ini yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengna melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi.
Subyek
Pre Test
Perlakuan
Post Test
Kasus
0
X
0

Ket :
Pre Test              : Sebelum Perlakuan
Perlakuan          : Kompres Dingin 3 kali selama 15 menit pada    masing perlakuan
Post Test            : Perlakuan Kompres dingin I pada jam ke 12 setelah operasi. Perlakuan kompres dingin II, 1 jam setelah perlakuan pertama. Perlakuan kompres dingin III, 1 jam setelah perlakuan kedua.

B.     TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1.    Tempat
Tempat penelitian adalah di Ruang perawat Bedah Baji Kamase 1 RSUD Labuang Baji dengan Pertimbangan bahwa rumah sakit ini tempat strategis untuk menunjang penelitian ini.
2.    Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan Di RSUD Labuang Baji Makassar.
C.    POPULASI DAN SAMPEL
1.    Populasi
Popuasi adalah seluruh subjek ( manusia, binatang percobaan, data laboratorium dll ) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien nyeri post operasi yang di rawat di ruang Perawatan Bedah Baji Kamase 1 BPRS Labuang Baji Makassar
2.    Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau refresentatif populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasient post operasi yang dirawat diruang Perawatan Bedah BPRS Labuang Baji dengan tehnik pengambilan sampel adalan Non Probability Sampling yakni Purposive Sampling dimana dalam rancangan ini anggota sampel tidak dilakukan secara randon atau acak. Dan ini merupakan tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
D.    KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
1.    Kriteria Inklusi
1)    Pasien yang siap diteliti
2)    Pasien yang sadar, dapat membaca dan menulis
3)    Pasien yang setelah post op
2.    Kriteria Eksklusi
1)    Pasien bedah Kepala
2)    Penggunaan obat Antipiretik








Daftar Pustaka
Afandi Kusuma .2007. Terus Belajar Berbagi Kebaikan: Teori Perpindahan Panas: Konduksi, Konveksi, Evaporasi, Radiasi.http : /teori-perpindahan-panas-konduksi.html
Agus Riyanto . 20 11 . Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Penerbit Muha Medika Yogyakarta.
Aris Nur Rahmat ( 2010 ).ANESTHESIA CRITICAL CARE. http://management-nyeri-pasca-operasi_6031.html
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Penerbit PT Salemba Medika Jakarta.
Burrner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Istichomah. 2007. Pengaruh Teknik Pemberian Komprea Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Klien Kontusio Di RSUD Sleman. Stikes Surya Global.Yogyakarta.

Perry dan potter ( 1997 ), Fundamental Ofnursing, Masby USA
Perry & Potter. 1998. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Proses dan Praktik Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Priharjo Robert. 2002. Perawatan Nyeri, Pemenuhan Aktivitas Istrahat.Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Tamsuri Anas. 2007. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Tanra Husni. 1997. Pengelolaan Nyeri Pasca Bedah Dengan Morfin. Penelitian Mandiri Ujung Pandang.

Trinoval Yanto Nugroho (2010). NYERI POST OPERASI.Stikes Al-Irsyad
Al-Islamiyyah, Cilacap .http://nyeri-post-operasi.html

Sunardi, 2006.Tatalaksana Nyeri (Medikasi Dan Non Medikasi ).http://www.medicastore.com
Wisdanura Ayu. 2010. Pengaruh kompres Dingin Kirbat Es Terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid Arthritis Sumatera Utara.



                                                                                                                                   



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME POST OP SC

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

Resume Keperawatan Keluarga